Resensi Buku “Recehan Bahasa: Baku Tak Mesti Kaku”


Sampul depan buku "Recehan Bahasa: Baku Tak Mesti Kaku" (Sumber: Dokumentasi pribadi)

"Bahasa tidak muncul dari ketiadaan. Kata muncul dari interaksi sehari-hari antarmanusia yang membentuk sebuah sistem komunikasi yang disepakati bersama. Inilah yang disebut bahasa."

Kalimat di atas adalah sepenggal kutipan yang ada di bagian sampul belakang dari buku karya Ivan Lanin yang berjudul Recehan Bahasa: Baku Tak Mesti Kaku.


Identitas Buku

Judul     : Recehan Bahasa: Baku Tak Mesti Kaku

Penulis     : Ivan Lanin

Penerbit             : Qanita

ISBN     : 978-602-402-179-5

Tebal halaman     : xiv, 138 halaman

Tahun terbit     : Cetakan ketiga, Maret 2021


Ivan Razela Lanin atau lebih dikenal sebagai Ivan Lanin, merupakan seorang Wikipediawan pencinta bahasa Indonesia lulusan Sarjana Teknik Kimia ITB dan Magister Teknologi Informasi UI. Meskipun tidak memiliki latar belakang pendidikan soal linguistik, namun ia gemar mengampanyekan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar lewat platform media sosial miliknya. Buah dari kebiasaannya itu, Ivan Lanin sampai dijuluki sebagai “Kamus Berjalan”.


Recehan Bahasa merupakan hasil dari seleksi kumpulan cuitannya di Twitter seputar kebahasaan yang dikemas dengan bahasa lugas dan ringan. Baginya, istilah receh yang kerap disepelekan dapat menjadi tonggak perkembangan bahasa dan menggambarkan jiwa zamannya. Misalnya, kata “alay” yang pernah populer di kalangan remaja pada medio tahun 2010. Sebelumnya belum ada definisi kata tersebut di KBBI, namun karena masif digunakan, akhirnya dimasukkan dalam katalog yang artinya anak layangan atau gaya hidup yang berlebihan untuk menarik perhatian.


Sampul belakang buku "Recehan Bahasa: Baku Tak Mesti Kaku" (Sumber: Dokumentasi pribadi)

Dalam buku ini, Ivan Lanin menggunakan bahasa yang lugas—singkat, padat, dan jelas,—ditambah ilustrasi yang ciamik, serta contoh pengaplikasian kata atau kalimat yang dipakai dekat dengan kehidupan sehari-hari. Dengan begitu mempermudah pembaca untuk dapat menangkap maksud dari isi buku ini.

Misalnya, kata “satai”—irisan daging kecil-kecil yang ditusuk dan dipanggang—yang selama ini lebih sering disebut dengan “sate”. Digambarkan oleh Ivan Lanin dengan ilustrasi yang mengadopsi adegan film horor yang ikonik, yaitu hantu memesan ratusan tusuk satai. Namun tetap dibalut dengan bumbu-bumbu komedi yang menghibur.

Selain mengenalkan tentang ragam kata baku yang awam di telinga kita dan cara menggunakannya, pada bagian lain, Ivan Lanin juga sedikit mengupas teori linguistik secara umum seperti: pola suku kata, sinonim, padanan kata, penggunaan konjungsi, idiom, dan sebagainya.

Saat membacanya lebih lanjut, saya menemukan tema tentang kiat-kiat “melenturkan bahasa” agar tidak kaku. Kiranya bagian inilah yang menjadi gambaran umum dari judul buku ini—baku tak mesti kaku. Dijelaskan bahwa dalam berbahasa perlu adanya variasi diksi (pemilihan kata), struktur kalimat yang luwes, menambahkan kata seru seperti “wah” dan dibubuhi dengan emotikon pada percakapan informal, serta memainkan intonasi saat berbicara. (halaman 98)

Layaknya ensiklopedia, Ivan Lanin juga menyertakan indeks pada bagian akhir buku, sehingga mempermudah pembaca untuk mencari kata tersebut. Selain itu, tersedia kode respon cepat (QR code) laman rujukan bagi pembaca yang tertarik untuk menelusurinya lebih lanjut. Sebagai pemanis, disematkan pula kutipan-kutipan dengan ukuran yang besar pada beberapa bagian.

Hanya saja ada catatan kecil dari buku ini, yakni kombinasi huruf berwarna biru muda dan merah pada kertas berwarna kebiruan yang bagi sebagian orang bisa menyebabkan mata menjadi cepat lelah. Untungnya hal ini dapat disiasati dengan memberikan jeda saat membaca.

Secara keseluruhan, buku ini tetap layak masuk dalam daftar koleksi kalian yang sedang mencari buku linguistik dengan pembahasan yang ringan serta bahasa yang lugas. Penggunaan ragam bahasa lisan yang dituliskan, seperti bahasa keseharian di media sosial, memudahkan pembaca dalam memahami buku ini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengalaman Menggunakan Custom ROM LineageOS 20

Resensi Buku Sejarah dan Masyarakat: Lintasan Historis Islam di Indonesia